Berbicara tentang wisata Batu Malang, tentunya tak bisa dilepaskan dari kuliner khas lokal yang legendaris, yakni Bakso Malang. Berdasarkan masa kecil penulis yang merupakan putra daerah asli kelahiran Batu Malang, maka penulis telah mengenal para penjual bakso lokal pinggiran yang hingga kini tetap bertahan dan memiliki pelanggan tetap karena kualitas mereka tidak kalah dengan bakso Malang lainnya yang memiliki nama besar.
Memiliki review bagus di internet, bukan sebuah jaminan apabila memang kualitas bakso malang mereka terjamin lezat rasanya. Pada umumnya mereka masih tidak memiliki cabang, karena pola memasak bakso mereka terbilang sederhana dan pengelolaan manajemen mereka masih tradisional.
Secara pribadi, saya telah mengenal mereka dengan baik sejak masa kanak - kanak. Bahkan saya dan teman teman masih sering berkunjung ke tempat para pedagang Bakso Malang ini berjualan. Bernostalgia dengan bakso mereka merupakan salah satu cara untuk kembali mengenang masa lalu. Oh ya, sebagai tambahan, Bakso mereka ini semua Insha Allah dijamin kehalalannya. Berikut saya mencoba menuliskan profil dan sejarah para penjual bakso pinggiran yang telah saya rangkum sekian lama, Mereka diantaranya adalah;
Bakso Muslim
Cak Supri, demikian saya mengenal Beliau semenjak kecil. Meskipun hingga kini penulis telah berusia 34 tahun, akan tetapi hingga sampai sekarang penulis masih belum mengetahui nama lengkap dan tempat tinggal Beliau. Saya mengenalnya karena Beliau rutin tiap hari berjualan dengan rute yang sama melewati kampung , sekolah taman kanak kanak, dan sekolah dasar saya. Kini Beliau hanya berjualan di depan SD Citra Bunda Batu, dan perempatan sini sono Batu. Beliau berjualan mulai jam 8 pagi hingga siang pada bubaran sekolah SD Citra Bunda, dan kemudian dilanjutkan sampai sekitar pukul 5 sore di perempatan sini sono Batu.
Bakso Wengi
Bakso wengi dalam bahasa Indonesia berarti; Bakso Malam. Sesuai namanya, Bakso Wengi milik Pak Wajib ini dahulu rutin berangkat dengan gerobak dorong mulai pukul 17.00 hingga sekitaran pukul 03.00 dini hari. Semenjak Pak Wajib semakin bertambah usia, Beliau telah memiliki 2 orang pegawai, dan gerobak dorongnya telah di museumkan. Kini Beliau mangkal di depan Kelurahan Sisir Kota Batu mulai pukul 21.00 hingga sekitaran pukul 02.00 dini hari. Rute berjualan Pak Wajib dulunya melewati rumah kedua Bibi saya yang letaknya tidak berjauhan, hanya berbeda 2 kampung saja. Apabila malam hari penulis berada di rumah kedua Bibi saya, Bibi saya tidak pernah menolak apabila saya pada masa kanak kanak selalu merengek minta dibelikan Bakso.
Bakso Cak No Plaza Batu
Hal yang tidak pernah saya lupakan adalah kebaikan hati Cak No sang penjual Bakso. Saya masih ingat sekali, saat itu saya masih kelas 2 SD Beliau pernah memberikan semangkok bakso gratis pada saya, padahal saat itu penulis tidak memiliki uang dan hanya menemani teman yang hanya mampu membeli semangkok bakso saja. Kini Cak No telah memiliki gelar haji sepulang dari tanah suci, meskipun gelar tersebut tidak pernah dipergunakan olehnya. Bakso Cak No ini memiliki ciri khas rasa yang unik. Sepengetahuan saya, Bakso Cak No adalah bakso yang pertama kali menggunakan acar (paduan timun dengan cuka) dalam penyajiannya. Beliau dahulu berjualan di gang Kauman, samping Masjid Besar An-Nur kota Batu. Sekarang Beliau hanya bergeser sedikit ke arah timur dari Masjid, ke pintu gerbang barat pertokoan Plaza kota Batu. Ciri khas dan taste Bakso Cak No ini cukup berbeda, dan memiliki keunikan tersendiri.
Bakso Pemuda
Keunikan utama Bakso Pemuda ini adalah gerobaknya yang diwarna coklat dan bakwan gorengnya. Dulu bakso pemuda ini mangkal di gerbang paling timur plaza Batu. Kini bakso pemuda memiliki stan ruko sendiri yang berada pada Jl. Wr. Supratman kota Batu, depan SMP Islam kota Batu.
Apabila anda berada di Kota Batu Malang, tentunya jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba bakso lokal mereka yang legendaris. Dijamin murah meriah, harga kaki lima dengan rasa restoran bintang lima. Bahkan insha Allah saya berani menjamin harga mereka tidak akan membuat para wisatawan menyesal. Sebagai penjual, mereka memiliki etika yang baik, tidak membedakan pengunjung lokal maupun wisatawan yang datang dari luar kota.
Selamat berlibur di kota Batu..
Tentang Penulis
Penulis adalah seorang traveller, blogger dan memotret. Penulis adalah pemilik dari Indonesian Super Guide dan aktif juga di traveller kaskus dengan id Tigerclan. Rumah penulis berada di seberang alun alun kota Batu, sering nongkrong di coffee shop sebelah milik family penulis yang letaknya bersebelahan dengan rumah penulis. Anda dapat berinteraksi dengan penulis melalui site dunia maya
1 comment:
bagus artikelnya....
sangat bermanfaat
Terimakasih
Post a Comment